Menerima santri baru tahun Ajaran 2015/2016
Madrasah Tsanawiyyah Nur Iman berupanya atas terwujudnya generasi Khalifah Fil ard yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan Moral menuju generasi Uswatun Hasanah dan ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Ajaran Ahlisunnah Wal Jama'ah dan berlandaskanajaran Pesantren yakni mengikuti ajaran para ulama dan salafusshalihin.
KITA
Friday, 12 June 2015
Tuesday, 9 June 2015
Yayasan Nur Iman Mlangi
ANGGARAN DASAR
YAYASAN NUR IMAN MLANGI
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1.
Yayasan ini
bernama YAYASAN NUR IMAN MLANGI (selanjutnya dalam anggaran dasar ini cuup
disingkat dengan yayasan) berkedudukan dan berkantor pusat di Jalan Masjid
Pathok Negoro Nomor 09 Mlangi, Kelurahan Nogotirto, Kecamatan Gamping,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2.
Yayasan dapat
membuka kantor cabang atau kantor perwakilan ditempat lain, baik di dalam
maupun di luar wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana yang ditetapkan
oleh pengurus dengan persetujuan pembina.
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Yayasan mempunyai maksud dan tuuan
di bidang :
a.
Sosial;
b.
Keagamaan;
c.
Kemanusiaan.
KEGIATAN
Pasal 3
Untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Yayasan menjalankan kegiatan
sebagai berikut:
1.
Dalam bidang
pendidikan yang meliputi:
a.
Mendirikan dan
atau mengelola lembaga pendidikan formal tingkat dasar sampai perguran tinggi;
b.
Mendirikan dan
atau mengelola lembaga pendidikan Madrasah Diniyah;
c.
Mendirikan dan
atau mengelola lembaga pendidikan non formal yang meliputi:
-
Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH);
-
Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD);
-
Pendidikan
Kepemudaan;
-
Pendidikan
Pemberdayaan Perempuan;
-
Pendidikan
Keterampilan Pelatihan Kerja;
-
Pendidikan
Kesetaraan (Paket A, Paket B, Paket C);
-
Serta
Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik;
d.
Mendirikan
Satuan Pendidikan non foral yang meliputi :
Lembaga Kursus;
-
Lembaga
Pelathan;
-
Kelompok
Belajar;
-
Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM);
-
Majlis Ta’lim;
-
Kelompok
Belajar Usaha (KPU);
-
Taman Bacaan
Masyarakat (TBM);
-
Kelompok Usaha
Pemuda Produktif (KUPP) serta satuan pendidikan yang sejenis;
-
Pemberian dan
atau pengusahaan program beasiswa kepada masyarakat yang kurang mampu untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
2.
Dalam bidang
kebudayan yang meliputi :
a.
Melakukan
kajian dan penelitian tentang kebudayaan lokal;
b.
Melestarikan
tradisi dan seni budaya lokal;
c.
Melakukan
pembinaan kelompok-kelompok penggiat budaya.
3.
Dalam bidang
dakwah yang meliputi :
a.
Melakukan
pelatihan dan pembinaan kader dai;
b.
Mengirimkan
para dai ke masyarakat yang membutuhkan;
c.
Membantu
mengupayakan berdirinya tempat-tempat pendidikan di desa-desa binaan.
4.
Dalam bidang
kesehatan yang meliputi :
a.
Mendirikan
klinik atau rumah sakit;
b.
Menyelenggarakan
pengobatan murah;
c.
Menyelenggarakan
penyuluhan kesehatan.
JANGKA WAKTU
Pasal 4
Yayasan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
KEKAYAAN
Pasal 5
1.
Yayasan
mempunyai kekayaan awl yang berasal dari kekayaan pendiri: yang dipidahkan,
terdiri dari uang tunai senilai Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)
2.
Selain kekayaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kekayaan Yayasan juga dapat diperoleh dari
:
a.
Sumbangan yang
tidak mengikat;
b.
Wakaf;
c.
Hibah;
d.
Hibah wasiat;
dan
e.
Perolehan lain
yang tidak bertentangan dengan Anggaran dasar Yayasan dan atau
perundang-undangan yang berlaku.
3.
Semua kekayaan
Yayasan harus dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan .
ORGAN YAYASAN
Pasal 6
Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari Pembina, Pengawas, dan
Pengurus. Pengurus ini terdiri dari Ketua dan wakil-wakilnya, Sekretaris dan
wakil-wakilnya, Bendahara dan wakil-wakilnya. Kesemuanya diangkat oleh Dewan
Pembina untuk waktu yang ditentukan selama-lamanya 5 tahun dan dapat dipili
kembali.
PEMBINA
Pasal 7
1.
Pembina adalah
organ Yayasan yanng mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus
atau Pengawas.
2.
Pembina terdiri
dari seorang atau lebih anggota pembina.
3.
Dalam hal
tedapat lebih dari seorang anggota pembina, maka seorang diantaranya diangkat
sebagai ketua pembina.
4.
Yang dapat
diangkat sebagai anggota Pembina adalah orang perseorangan sabagai Pendiri
Yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapa anggota pembina dinilai
mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
5.
Anggota pembina
tidak diberi gaji dan atau tunjangan oleh Yayasan.
6.
Dalam hal
Yayasan oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina, maka dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat
anggota Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota Pengawas dan
anggota Pengurus.
7. Seseorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya
dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Yayasan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
Pasal 8
1. Masa jabatan pembina tidak ditentukan lamanya.
2. Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya apabila anggota
Pembina tersebut :
a.
Meninggal dunia;
b.
Mengundurkan
diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat
(7);
c.
Tidak lagi
memenuhi persyaratan peratur an perundang-undangan yang berlaku;
d.
Diberhentikan
berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
e.
Dinyatakan
pailit atau ditaruh dibawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan;
f.
Dilarang untuk
menjadi anggota Pembina karena peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan
atau anggota Pengawas.
TUGAS DAN
WEWENANG PEMBINA
Pasal 9
1.
Pembina
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina.
2.
Kewenangan
Pembina meliputi :
a.
Keputusan
mengenai perubahan Anggaran Dasar;
b.
Pengangkatan
dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
c.
Penetapan
kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
d.
Pengesahan
program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan
e.
Penetapan
keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
f.
Pengesahan
laporan tahunan;
g.
Penunjukan
likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan.
3. Dalam
hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Pembina atau anggota Pembina berlaku pula baginya.
RAPAT PEMBINA
Pasal 10
1. Rapat Pembina diadakan paling sedikit dalam 1 (satu) tahun, paling
lambat dalam waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat
tahunan, sebagai mana dimaksud dalam pasal 12. Pembina dapat juga mengadakan
rapat setiap waktu apabila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari
seseorang atau lebih anggota Pembina, anggota pengurus, atau anggota Pengawas.
2. Panggilan rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara langsung
,atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.
3. Panggilan rapat itu harus mencantmkan hari, tanggal, waktu, tempat
dan acara rapat.
4. Rapat Pembina diadakan di
tempat kedudukan Yayasan, atau di tempat kegiatan Yayasan, atau di tempat lain
dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
5. Dalam hal semua anggota Pembina hadir, atau diwakili, panggilan
tersebut tida disyaratkan dan Rapat Pembina dapat diadakan dimanapun juga dan
berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
6. Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Pembina dan jika Ketua Pembina
tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang
yang dipilih oleh dan dari anggota Pembina yang hadir.
7. Seorang anggota Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota Pembina
lainnya dalam Rapat Pembina berdasarkan surat kuasa.
Pasal 11
1.
Rapat Pembina
adalah sah dan berhak mengambil
keputusan yang mengikat apabila :
a.
Dihadiri paling
sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Pembina;
b.
Dalam hal
korum sebagaimana yang dimaksud di dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka
dapat diadakan pemanggilan Rapat Pembina kedua;
c.
Pemanggilan
yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat
7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan
tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.
Rapat Pembina
kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pembina pertama;
e.
Rapat Pembina
kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota Pembina.
2.
Keputusan Rapat
Pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3.
Dalam hal
keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang
sah.
4.
Dalam hal suara
setuju dan tidak setuju samabanyaknya maka usul ditolak.
5.
Tata cara
pemungutan suara dilakukan sebagai berikut :
a.
Setiap anggota Pembina yang hadir berhak
mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota
Pembina yang lain yang diwakilinya;
b.
Pemungutan
suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbukadan ditanda tangani, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada
keberatan dari yang hadir;
c.
Suara abstain
dan suara tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang
dikeluarkan.
6.
Setiap Rapat
Pembina dibuat berita acara raat yang ditanda tangani oleh Ketua rapat dan
Sekretaris rapat.
7.
Penandatanganan
sebagaimana yang dimaksud di dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila berita
acara rapat dibuat dengan akta notaris.
8.
Pembina dapat
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pembina, dengan ketentuan
semua anggota Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pembina
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta
menandatangani persetujuan tersebut.
9.
Keputusan yang
diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama
dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pembina.
10.
Dalam hal hanya
ada 1 (satu) orang Pembina, maka dia dapat mengambil keputusan yang sah dan
mengikat.
RAPAT TAHUNAN
Pasal 12
1. Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling
lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku Yayasan ditutup.
2. Dalam rapat tahunan, Pembina melakukan :
a.
Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan
kewajibann Yayasan tahun yang lampau sabagai dasar pertimbangan bagi perkiraan
mengenai perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang;
b.
Pengesahan
Laporan Tahunan yang diajukan pengurus;
c.
Penerapan
kebijakan umum Yayasan;
d.
Pengesahan
programkerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.
3. Pengesahan laporan tahunan oleh Pembina dalam rapa tahunan berarti
memberikan pelunasan dan pembebanan tanggung jawab sepenuhnyakepada para
anggota Pengurus dan Pengawas atau pengurusan dan pengawasan yang telah
dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin
dalam Laporan Tahunan.
PENGURUS
Pasal 13
1.
Pengurus adalah
organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan yang sekurang-kurangnya
terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang
Sekretaris; dan
c.
Seorang
Bendahara
2.
Dalam hal
diangkat lebih dari 1 (satu)oang ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya
diangkat sebagai Ketua Umum.
3.
Dalam hal
diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat
sebagai Sekretaris Umum.
4.
Dalam hal
diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya
diangkat sebagai Bendahara Umum.
Pasal 14
1.
Yang dapat
diangkat sebagai anggota pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat, atau
negara berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangk waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2.
Pengurus
diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali.
3.
Pengurus dapat
menerima gaji, upah, atau honorarium apabila Pengurus Yayasan :
a.
Bukan pendiri
Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan Pengawas; dan
b.
Melaksanakan
kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
4.
Dalam hal
jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk
mengisi kekosongan itu.
5.
Dalam hal semua
jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat Pengurus baru, dan untu sementara Yayasan diurus oleh Pengawas.
6.
Pengurus dapat
mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis
mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
7.
Dalam hal terdapat
penggantian Pengurus Yayasan, maka dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus, Yayasan Pembina wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
8.
Pengurus tidak
dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas, atau Pelaksana kegiatan.
Pasal 15
Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila :
1.
Meninggal
dunia;
2.
Mengundurkan
diri;
3.
Bersalah
melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan
hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
4.
Dibehentikan
berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
5.
Masa jabatan
berakhir
TUGAS WEWENANG
PENGURUS
Pasal 16
1.
Pengurus
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
2.
Pengurus wajib
menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan untuk disahkan
Pembina.
3.
Pengurus wajib
memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Pengawas.
4.
Setiap anggota
Pengurus wajib dengan itikat baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya
dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.
Pengurus berhak
mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadiln tentang segala hal dan dalam
segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut :
a.
Meminjam atau
menjaminkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk mengambil uang Yayasan di
Bank);
b.
Mendirikan
suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha baik di
dalam maupun di luar negeri;
c.
Memberi atau
menerima pengalihan atas harta tetap;
d.
Membeli atau
dengan cara lain mendapat/memperoleh harta tetap atas nama Yayasan;
e.
Menjual atau
dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta menggunakan/ membebani
kekayaan Yayasan;
f.
Mengadakan
perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus, dan atau Pengawas Yayasan atatu seorang yang bekerja pada Yayasan,
yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan dari
Yayasan.
6.
Perbuatan
Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a,b,c,d,e, dan f harus
mendapat persetujuan dari Pembina
Pasal 17
Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal :
1.
Mengikat
Yayasan sebagai penjamin hutang;
2.
Membebani
kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain;
3.
Mengadakan
perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina,
Pengurus, dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja paa Yayasan, yang
perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan dari Yayasan;
Pasal 18
1.
Ketua umum
bersama-sama dengan salah seorang anggota Pengurus lainnya berwenang bertindak
untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
2.
Dalam hal Ketua
Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal itu tidak perlu
dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan
Sekretaris Umum dan atau apabla Sekretaris Umum tidak hadir atatu berhalangan
karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak dapat dibktikan kepada pihak
ketiga, Ketua lainnya bersama-sama dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
3.
Dalam hal hanya
ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua
Umum berlaku juga baginya.
4.
Sekretaris
Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, dalam hal hanya ada seorang
Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Sekretaris
Umum berlaku juga baginya.
5.
Bendahara
Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada seorang
Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan Bendahara Umum berlaku
juga baginya.
6.
Pembagian
tugas dan wewenang setiap anggota Penuru ditetapkan oleh Pembina melalui Rapat
Pembina.
7.
Pengurus
untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seseorang atau lebih Wakil atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa.
PELAKSANA
KEGIATAN
Pasal 19
1.
Pengurus
berwenang mangangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan berdasarkan
Rapat Pengurus.
2.
Yang dapat
diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang-perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tdak pernah dinyatakan pailit atau dipidana
karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat, atau negara
berdasarka keputusann pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
3.
Pelaksana
Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rakyat Pengurus
untuk jangka waktu yang ditentukan olah Rapat Pengurus dan dpat diangkat
kembali dengan tidak mengurangi keputusan Rapat Pengurus untuk memberhentikan
sewaktu-waktu.
4.
Pelaksana
Kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada Pengurus.
5.
Pelaksana
Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau honorarium yang jumlahnya ditentukan
berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.
Pasal 20
1.
Dalam hal
terjadi perkara di Pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus atau
apabila kepentingan priadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan
Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus
serta mewakili Yayasan.
2.
Dalam Yayasan
mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan seluruh Pengurus,
maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.
RAPAT PENGURUS
Pasal 21
1.
Rapat Pengurus
dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari
satu orang atau lebih Pengurus, Pengawas atau Pembina.
2.
Panggilan Rapat
Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
3.
Panggilan Rapat
Pengurus disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara langsung,
atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum Rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.
4.
Panggilan Rapat
Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5.
Rapat Pengurus
diadakan di tempat keudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6.
Rapat Pengurus
dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
Pasal 22
1.
Rapat Pengurus
dipimpin oleh Ketua Umum.
2.
Dalam hal Ketua
Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan dipimpin oleh
seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus yang hadir.
3.
Satu orang
Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus
berdasarkan surat kuasa.
4.
Rapat Pengurus
sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.
Dihadiri paling
sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah Pengurus;
b.
Dalam hal korum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan
pemanggilan Rapat Pengurus kedua;
c.
Panggilan
sebagaimana yang dilakukan dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan;
d.
Rapat Pengurus
kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama;
e.
Rapat Pengurus
kedua sah dan berhak mengambil keputsan yang memikat, apabila dihadiri lebih
dari ½ (satu per dua) jumlah pengurus.
Pasal 23
1.
Keputusan Rapat
Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2.
Dalam hal
keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang
sah.
3.
Dalam hal suara
setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4.
Pemungutan
suara mengenai diri orang lain dilakukan dengan sarat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada kberatan dari yang
hadir.
5.
Suara abstain
dan suara yang tidak sah tdak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang
ditentukan.
6.
Setiap Rapat
Pengurus dibuat berita acara rapat yang ditanda tangani oleh ketua rapat dan 1
(satu) orang anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai
sekretaris rapat
7.
Penandatanganan
yang dimaksud dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila berita acara rapat
dibuat dengan akta notaris.
8.
Pengurus dapat
juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, ddengn
ketentuan semua anggota pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang
diajukan seccra tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
9.
Keputusan yang
diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama
dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.
PENGAWAS
Pasal 24
1.
Pengawas adalah
organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2.
Pengawas
terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota pengawas.
3.
Dalam hal
diangkat lebih dari 1 (satu) orang pengawas, maka 1(satu) orang diantaranya
dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.
Pasal 25
1.
Yang dapat
diangkat sebagai anggota pengawas adalah oang perseorangan yang mampu melakukan
perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan
Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat, atau negara
berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangk waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2.
Pengawas
diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali.
3.
Dalam hal
jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk
mengisi kekosongan itu.
4.
Dalam hal semua
jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat Pengawas baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengurus.
5.
Pengawas dapat
mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis
mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
6.
Dalam hal
terdapat penggantian Pengawas Yayasan, maka dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan, Pembina
wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
7.
Pengawas tidak
dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas, atau Pelaksana kegiatan.
Pasal 26
Jabatan anggota Pengawas berakhir apabila :
1.
Meninggal
dunia;
2.
Mengundurkan
diri;
3.
Bersalah
melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan
hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
4.
Dibehentikan
berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
5.
Masa jabatan
berakhir
TUGAS DAN
WEWENANG PENGAWAS
Pasal 27
1.
Pengawas wajib
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengawasan untuk
kepentingan yayasan.
2.
Ketua pengawas
da satu anggota pengawas berwenanag bertindak untuk dan atas nama pengawas.
3.
Pengawas
berwenang :
a.
Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain
yang dipergunakan yayasan;
b.
Memeriksa
dokumen;
c.
Memeriksa
pembukuan dan mencocokannya dengan uang kas; atau
d.
Mengetahui
segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus;
e.
Memberi
peringatan kepada pengurus.
4.
Pengawas dapat
memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih pengurus, apabila
pengurus tersebut betindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.
Pemberhentian
sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasannya.
6.
Dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu,
pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada pembina.
7.
Dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal laporan diterima oleh pembina sebagaimana
dimaksud dalam ayat (6), maka pembina wajib memanggil anggota pengurus yang
bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri
8.
Dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (7) pembina dengan keputusan rapat pembina wajib :
a.
Mencabut keputusan pemberhentian sementara;
atau
b.
Memberhentikan
anggota pengurus yang bersangkutan.
9.
Dalam hal
pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dan
ayat (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan
menjabat kembali jabatannya semula.
10. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk
sementara pengawas diwajibkan mengurus yayasan.
RAPAT PENGAWAS
Pasal 28
1.
Rapat pengawas
dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari
dari satu orang atau lebih Pengawas atau Pembina.
2.
Panggilan Rapat
Pengawas disampaikan setiap Pengawas yang berhak mewakili Pengawas.
3.
Panggilan Rapat
Pengawas disampaikan kepada setiap pengawas secara langsung, atau melalui surat
dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum Rapat
diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4.
Panggilan Rapat
Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5.
Rapat Pengawas
diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
6.
Rapat Pengawas
dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
Pasal 29
1.
Rapat Pengawas
dipimpin oleh Ketua Umum.
2.
Dalam hal Ketua
Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas akan dipimpin oleh
satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
3.
Satu orang
Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Pengawas berdasarkan
surat kuasa.
4.
Rapat Pengawas
sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.
Dihadiri paling
sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah Pengawas;
b.
Dalam hal korum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan
pemanggilan Rapat Pengawas kedua;
c.
Panggilan
sebagaimana yang dilakukan dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan;
d.
Rapat Pengawas
kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama;
e.
Rapat Pengawas
kedua sah dan berhak mengambil keputsan yang memikat, apabila dihadiri lebih
dari ½ (satu per dua) jumlah pengawas.
Pasal 30
1.
Keputusan Rapat
Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2.
Dalam hal
keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang
sah.
3.
Dalam hal suara
setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4.
Pemungutan
suara mengenai diri orang lain dilakukan dengan sarat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada kberatan dari yang
hadir.
5.
Suara abstain
dan suara yang tidak sah tdak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang
ditentukan.
6.
Setiap Rapat
Pengawas dibuat berita acara rapat yang ditanda tangani oleh ketua rapat dan 1
(satu) orang anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai
sekretaris rapat
7.
Penandatanganan
yang dimaksud dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila berita acara rapat
dibuat dengan akta Notaris.
8.
Pengawas dapat
juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengawas, dengan
ketentuan semua pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan
seccra tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
9.
Keputusan yang
diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama
dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengawas.
RAPAT GABUNGAN
Pasal 31
1.
Rapat Gabungan
adalah rapat yang diadakan oleh pengurus dan pengawas untuk mengangkat pembina,
apabila yayasan tidak lagi mempunyai pembina.
2.
Rapat Gabungan diadakan
palling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak yayasan tidak lagi
mempunyai pembina.
3.
Panggilan rapat
gabungna dilakukan pembina.
4.
Panggilan rapat
gabungan disampaikan kepada setiap pengurus dan pengawas secara langsung, atau
melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat.
5.
Panggilan Rapat
Gabungan harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
6.
Rapat Gabungan
diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
7.
Rapat Gabungan
dipimpin oleh Ketua Pengurus.
8.
Dalam hal ketua
pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka rapat gabungan dipimpin oleh
ketua pengawas.
9.
Dalam hal ketua
pengurus dan ketua pengawas tidak ada atau berhalangan hadir, maka rapat
gabungan dipimpin oleh pengurus atau pengawas yang dipilih oleh dan dari
pengurus dan pengawas yang hadir.
Pasal 32
1.
Satu orang
Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Gabungan
berdasarkan surat kuasa.
2.
Satu orang
Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan
surat kuasa.
3.
Setiap pengurus
atau pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1
(satu) suara untuk setiap pengurus atau pengawas lain yang diwakilinya.
4.
Pemungutan
suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang
lain.
5.
Suara abstain
dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan, dan dianggap tidak ada.
KORUM DAN
PUTUSAN RAPAT GABUNGAN
Pasal 33
1.
Rapat Gabungan
adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.
Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga)
jumlah anggota pengurus dan 2/3/ (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengawas;
b.
Dalam hal korum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan
pemanggilan Rapat Gabungan kedua;
c.
Pemanggilan
sebagaimana yang dilakukan dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat dilksanakan dengan tidak memperhitungkan
tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.
Rapat Gabungan
kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan pertama;
e.
Rapat Pengawas
kedua sah dan berhak mengambil keputsan yang memikat, apabila dihadiri lebih
dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota pengurus dan ½ (satu per dua) dari
jumlah anggota pengawas.
2.
Keputusan rapat
gabungan sebagaimana tersebut di atas ditetapkan berdasarkan musyawaah untuk
mufakat.
3.
Dalam hal
keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3
(dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat.
4.
Setiap rapat
gabungan dibuat berita acara, yang untuk pengesahannya ditandatangani oleh
ketua rapat dan 1 (satu) dan satu anggota pengurus atau anggota pengawas yang
ditunjuk oleh rapat.
5.
Berita acara
rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menjadi bukti yang sah terhadap
yayasan dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi
dalam rapat.
6.
Penandatangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak
diisyaratkan apabila berita acara rapat dibuat dalam akta Notaris.
7.
Anggota
pengurus dan anggota pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan rapat gabungan, dengan ketentuan semua pengurus dan semua pengawas
telah diberitahu secara tertulis dan semua pengurus dan semua pengawas
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis, dengan
menandatangani usul tersebut.
8.
Keputusan yang
diambil dengan sebagaiman yang dimaksud dalam ayat (7) mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat gabungan.
TAHUN BUKU
Pasal 34
1.
Tahun buku
yayasan dimulai tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan tanggal 31 ( tiga puluh satu)
bulan 12 (Desember).
2.
Pada akhir
bulan 12 (Desember) tiap tahun, buku Yayasan ditutup.
3.
Untuk pertama
kalinya tahun buku yayasan dimulai pada ditandatanganinya akta ini dan ditutup
pada tanggal 31 (tiga puluh satu) bulan 12 (Desember) tahun 2014 (dua ribu
empat belas).
LAPORAN TAHUNAN
Pasal 35
1.
Pengurus wajib menyusun
secara tertulis laporan tahunan paling lambat 5 (lima) bulan setelah
berakhirnya tahun buku yayasan.
2.
Laporan tahunan
memuat sekurang-kurangnya :
a.
Laporan keadaan dan kegiatan yayasan selama
tahun buku yang lalu serta hasil yang dicapai;
b.
Laporan keuangan
yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan
aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
3.
Laporan tahunan
wajib ditandatangani oleh pengurus dan pengawas.
4.
Dalam hal
terdapat anggota pengurus atau pengawas yang tidak menandatangani laporan
tersebut maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis.
5.
Laporan tahunan
disahkan oleh pembina dalam rapat tahunan.
6.
Ikhtisar
laporan tahunan yayasan disusun dengan standar akutansi keuangan yang berlaku
dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor yayasan.
PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR
Pasal 36
1.
Perubahan
anggaran dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan rapat pembina,
yang hadir paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pembina.
2.
Keputusan
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
3.
Dalam hal
keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari
seluruh jumlah pembina yang hadir atau yang diwakili.
4.
Dalam hal korum
sebagaimana dalam ayat (1) tidak tercapai, maka diadakan pemanggilan rapat
pembinaa yang kedua dpaling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal rapat
pembina yang pertama.
5.
Rapat pembina
kedua tersebut sah apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) dari seluruh
pembina.
6.
Keputusan rapat
pembina kedua sah apabila diambil berdasarkan surat terbanyak dari jumlah pembina
yang hadir atau yang diwakili.
Pasal 37
1.
Perubahan
anggaran dasar dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
2.
Perubahan
anggaran dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan yayasan.
3.
Perubahan
anggaran dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan yayasan, harus
mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
4.
Perubahan
anggaran dasar selain yang enyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
5.
Perubahan
anggaran dasar tidak dapat dilakukan pada saat yayasan dinyatakan pailit, kecuali
atas persetujuan kurator.
PENGGABUNGAN
Pasal 38
1.
Penggabungan
yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih yayasan lain,
dan mengakibatkan yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
2.
Penggabungan yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat dilakukan dengan memperhatikan :
a. Ketidakmampuan yayasan melaksanakan
kegiatan usaha tanpa dukungan yayasan lain;
b. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang
bergabung kegiatannya sejenis; atau
c. Yayasan yang menggabungkan diri tidak
pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya,
ketertiban umum dan kesusilaan.
3. Usul rencana penggabungan yayasan dapat
disampaikan oleh pengurus kepada Pembina.
Pasal 39
1. Penggabungan yayasan hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per
empat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per
empat) dari seluruh jumlah anggota Pembina yang hadir.
2. Pengurus dari masing-masing yayasan yang
akan menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan menyusun usul
rencana penggabungan.
3. Usul rencana penggabungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh
pengurus dari yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima
penggabungan.
4. Rancangan akta penggabungan harus mendapat
persetujuan dari Pembina masing-masing yayasan.
5. Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4) dituangkan dalam akta penggabungan yang dibuat di hadapan Notaris dalam
Bahasa Indonesia.
6. Pengurus yayasan hasil penggabungan dalam
surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.
7. Dalam hal penggabungan yayasan diikuti dengan
perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, maka akta perubahan Anggaran Dasar Yayasan
wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.
PEMBUBARAN
Pasal 40
1. Yayasan bubar karena :
a. Alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka
waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;
b. Tujuan yayasan yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai;
c. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap berdasarkan alasan :
1) Yaysaan melanggar ketertiban umum dan
kesusilaan;
2) Tidak mampu membayar hutangnya setelah
dinyatakan pailit; atau
3) Harta kekayaan yayasan tidak cukup untuk
melunasi hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
2. Dalam hal yayasan bubar sebagaimana diatur
dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, Pembina menunjuk likuidator untuk
membereskan kekayaan yayasan.
3. Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka
pengurus bertindak sebagai likuidator.
Pasal 41
1. Dalam hal yayasan bubar, Yayasan tidak
dapat melakukan perbuatan hokum, kecuali untuk membereskan kekayaan dalam
proses likuidasi.
2. Dalam hal yayasan sedang dalam proses
likudasi, untuk semua surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi”
dibelakang nama yayasan.
3. Dalam hal yayasan bubar karena putusan
pengadilan, maka pengadilan juga menunjuk likuidator.
4. Dalam hal pembubaran yayasan karena pailit,
berlaku peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.
5. Ketentuan mengenai penunjukan,
pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian, wewenang, kewajiban,
tugas dan tanggung jawab, serta pengawasan terhadap pengurus, berlaku juga bagi
likuidator.
6. Likuidator atau kurator yang ditunjuk untuk
melakukan pemberesan kekayaan yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat
5 (lima) hari terhitung sejak penunjukan wajib mengumumkan pembubaran yayasan
dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
7. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi
berakhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabara harian berbahasa
Indonesia.
8. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir
wajib melaporkan pembubaran yaysan kepada Pembina.
9. Dalam hal laporan mengenai pembubaran
yayasan sebagaimana dimaksud ayat (8) dan pengumuman hasil likuidasi
sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dilakukan, maka bubarnya yayasan tidak
berlaku bagi pihak ketiga.
CARA PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI
Pasal 42
1. Kekayaan nsisa hasil likuidasi diserahkan
kepada yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan
yang bubar.
2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dpat diserahkan kepada badan hokum lain yang melakukan
kegiatan yang sama dengan yayasan yang bubar, apabila hal tersebut diatur dalam
undang-undang yang berlaku bagi badan hokum tersebut.
3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi
tidak diserahkan kepada yayasan lain atau kepada badan hokum lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut diserahkan kepada
Negara dan penggunaanya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang
bubar.
PERATURAN PENUTUP
Pasal 43
1. Hal-hal yang tidak diatur atau belum cuklup
diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diputuskan oleh rapat Pembina.
Ditetapkan
di : Mlangi
Tanggal
: 20 April 2014
Dewan Pembina
KH Sami’an
Mukharrom
Ketua
|
Pengurus Harian
KH.Dr.
Tamyiz Mukharrom, MA
Ketua
|
Subscribe to:
Posts (Atom)